Duduk menikmati mie rebus, mereka begitu mesra. Tertawa, bercanda, lagi-lagi MESRA! Rambut sang suami sudah memutih dan menipis, istrinya berjilbab, namun tidak menyembunyikan usia mereka yg sudah sangat jauh dari muda. Kulit yang keriput, dan tongkat yg bersandar disisi meja, semakin menegaskan. Tapi kemesraan mereka begitu nyata.
Saya tersentuh, terharu, dan berdoa, Yaa Allah bila usia kami seperti mereka kelak, tautkan cinta dan kehangatan rasa tetap dalam diri kami. Doa atas nama saya, istri dan anak-anak kami.
Kemesraan mereka menjadi ironi karena beberapa hari kemarin saya melihat banyaknya permohonan(atau gugatan) cerai, yang singgah dimeja istri saya. Kebetulan istri saya pegawai Mahkamah Syar'iah di Takengon( Aceh Tengah). Dari pasangan muda, hingga yg tua. Alasannya macam-macam.
Namun banyak yg beralasan karena sudah tidak cocok lagi. Komunikasinya sudah tidak nyaman lagi.Saya jadi berfikir. Betul juga ya, banyak pasangan yang mengatakan begitu.
" Sudah ga' cocok."
" Dia sudah berubah, ga seperti dulu lagi."
" Ga nyambung lagi."
" Saya seperti tidak ada harga lagi."
Dan biasanya pasangan mereka bakal nambahin ..
" Dia tuh yg sudah berubah, bukan saya." trus ditambahkan alasan lain lagi .. " Buktinya, tidak pernah lagi dia memuji."
Atau..
" Dia bilang saya tidak menghargai dia? DIA tuh yg tidak paham betapa lelahnya saya bekerja seharian."
" Bukannya saya tidak mau memuji, saya sudah mencoba memberikan semua yg terbaik, saya masakkan makanan, baju yg bersih."
Blaa, bllaaaa, blaaa dan bla blaaaa bla blaaaa. Ragam, alasannya cukup asyik.
" Ga nyambung lagi."
" Saya seperti tidak ada harga lagi."
Dan biasanya pasangan mereka bakal nambahin ..
" Dia tuh yg sudah berubah, bukan saya." trus ditambahkan alasan lain lagi .. " Buktinya, tidak pernah lagi dia memuji."
Atau..
" Dia bilang saya tidak menghargai dia? DIA tuh yg tidak paham betapa lelahnya saya bekerja seharian."
" Bukannya saya tidak mau memuji, saya sudah mencoba memberikan semua yg terbaik, saya masakkan makanan, baju yg bersih."
Blaa, bllaaaa, blaaa dan bla blaaaa bla blaaaa. Ragam, alasannya cukup asyik.
Tapi mengapa ada yg bisa melewati itu semua dengan baik? Jujur sajalah, tidak ada pasangan didunia ini yang tidak pernah bertengkar, merasa jenuh, atau bersilang pendapat. Mengapa hasilnya bisa berbeda?
Saya mencari diberbagai buku, diskusi, membandingkan dengan pengalaman dalam pernikahan saya, yg masih 'muda' usianya. Dan menemukan beberapa hal yg bisa menjadi pembeda. Sebutkan saja, kedewasaan, pola fikir, wawasan dan KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI.
Saya fokus di situ saja, Komunikasi. Banyak sih yang mencukupkan pada pilihan kata. Katanya menyesuaikan dengan karakter, ada yg cenderung menyukai kata yg bersifat 'visual', 'pendengaran' atau 'rasa'. Hmm, betul juga sih. Tapi kita sering lupa kalau yg namanya komunikasi itu Verbal dan Non Verbal. Bahasa dan juga Tindakan.
Tidak cuma Bahasa, namun juga ada yg berbicara dengan Tindakan atau kombinasi dari keduanya.
Kawan, kita sering melupakan bahwa dalam berkomunikasi, setiap orang memiliki 'Dialek', kecenderungan jenis komunikasi yg lebih difahami oleh dirinya pribadi, dan menjadikan kecenderungan itu sebagai ukuran.
Sampai disitu jadilah saya membuka-buka lagi catatan-catatan dan buku. Dan disatu buku lama saya menemukan 4 dialek dalam komunikasi kita.
Satu, ada yang cenderung menyukai 'Kata Persetujuan/Pernyataan'. Mereka lebih menghargai bila mendengarkan kata-kata yang memberi persetujuan atau menyatakan bagi diri mereka.
" Hari ini kamu manis sekali."
" Kamu tahu, saya jadi bertanya-tanya, mengapa selama ini kamu tidak memberitahukan bahwa kamu bisa membuat sop seenak ini?"
" Baru saja sampai dari bandara, dikamar hotel nih, dan kamu tahu? Aku sudah tidak sabar untuk segara pulang menjumpai kamu."
Dua, Tindakan Memuliakan. Tidak butuh kata-kata. Tapi akan sangat menghargai bila pasangannya membuat minuman, membantu melaksanakan tugas-tugasnya, dsb. Dan mereka juga cenderung mengungkapkan dengan cara yang sama.
Tiga, Sentuhan. Nah ini tidak usah dibahas deh, pasti paham :)
Empat, Waktu Bersama. Mereka tidak butuh kata-kata, atau tindakan. Mereka sangat menghargai ketika kita ada bersama mereka. Pasangannya bersama dia, meluangkan waktu diakhir pekan, ataupun hanya sekedar duduk membaca buku, dalam satu ruangan yg sama. Bukan satu buku. Masing-masing membaca buku sendiri.
Keempat 'dialek' ini yg sering menibulkan salah faham. Seperti orang yang bicara bahasa inggris dialek british dengan dialek amerika. Sama-sama inggris kan? tapi pemahamannya bisa berbeda.
Ada suami yg merasa lelah, pulang dari kantor, berharap istrinya memuji (Pengakuan). Dan kecewa karena istrinya tidak memberikan penghargaan, hanya membuatkan teh hangat dan makanan, walaupun itu makanan kesukaan si suami. Membuatkan makanan dan teh, dialek yg difahami si istri (Tindakan Memuliakan). Dan tak lama, mulailah keduanya merasa semakin tidak nyaman, si suami merasa istrinya tidak menghargai, begitu juga sebaliknya.
Kembali ke awal tulisan. Pasangan tua tadi menikmati suasana kebersamaan mereka. Hingga kemudian hidangan habis, membayar dan pulang. Lucunya mereka sempat saling berkeras bahwa dirinya yang akan membayar. Pelayan tersenyum, pengunjung lain tertawa ramah. Komunikasi mereka indah, dan tanpa sadar ,ereka mengkomunikasikanya dengan hati kita. Semoga kita bisa seperti mereka. Saya percaya, mereka menguasai dialek komunikasi pasangannya dengan baik, sehingga bahasa cinta mereka tersampaikan. Anda juga kan?
Udah punya blog ternyata..hehe..sejak kapan bang?? karya b'yed neh?? seperti biasa..dirangkai dgn bahsa y sederhana tp menarik ^^d
ReplyDeleteBtw, saran..kalo ad pic y bukan qt potret ndiri, ditulis link@ dr mana :)
Hehehe makasih, baru buka blognya, gara2 ngeliat adek punya blog jadi kepancing :)
ReplyDeleteBanyak foto tu ga ingat lagi sumbernya, tapi semuanya free royalti kok :)